Kamis, 19 Juni 2014

“Engkau pelacur negeriku, tempat hasrat wakil negeriku”



“Engkau pelacur negeriku, tempat hasrat wakil negeriku”
Siti Nurdiana 105200042


Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
Pelacur-pelacur Kota Jakarta
Dari kelas tinggi dan kelas rendah
diganyang
Telah haru-biru
Mereka kecut
Keder
Terhina dan tersipu-sipu
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kau relakan dirimu dibikin korban

Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal
Datanglah kini giliranmu
Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk lancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kau rela dibikin korban

Sarinah
Katakan kepada mereka
Bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
Tentang perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau inspirasi revolusi
Sambil ia buka kutangmu

Dan kau Dasima
Kabarkan pada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya


Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi

Kongres-kongres dan konferensi
Tak pernah berjalan tanpa kalian
Kalian tak pernah bisa bilang ‘tidak’
Lantaran kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna

Para kepala jawatan
Akan membuka kesempatan
Kalau kau membuka kesempatan
Kalau kau membuka paha
Sedang diluar pemerintahan

Perusahaan-perusahaan macet
Lapangan kerja tak ada
Revolusi para pemimpin
Adalah revolusi dewa-dewa
Mereka berjuang untuk syurga
Dan tidak untuk bumi
Revolusi dewa-dewa
Tak pernah menghasilkan
Lebih banyak lapangan kerja
Bagi rakyatnya

Kalian adalah sebahagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
Namun
Sesalkan mana yang kau kau sesalkan
Tapi  jangan kau lewat putus asa
Dan kau rela dibikin korban

Pelacur-pelacur kota Jakarta
Berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan
Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tidak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan darajat kalian
Mereka harus ikut memikul kesalahan


Saudari-saudariku. Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan kutang-kutangmu dihujungnya
Araklah keliling kota
Sebagai panji yang telah mereka nodai
Kinilah giliranmu menuntut
Katakanlah kepada mereka

Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan
Mengawini para bekas pelacur
Adalah omong kosong
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Saudari-saudariku
Jangan melulur keder pada lelaki
Dengan mudah
Kalian bisa telanjangi kaum palsu
Naikkan tarifmu dua kali
Dan mereka akan klabakan
Mogoklah satu bulan
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina
Dengan isteri saudaranya.







Realita yang tidak menyenangkan di negeri ini, tampak menginspirasi puisi yang berjudul Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta. Tema puisi ini adalah sosial politik. “Kota Jakarta” mewakili seluruh daerah di negeri ini. Hampir seluruh pelacur di negeri ini dimanfaatkan oleh para wakil rakyat. Dalam kenyataannya tak hanya pelacur yang menjadi bahan simpanan atau bahan “selewengan”, namun juga para artis cantik negeri ini juga menjadi simpanan atau bahan “selewengan”.
....
Dari kelas tinggi dan kelas rendah
diganyang
....

Ungkapan-ungkapan pada puisi ini mempunyai imaji dan makna yang menyengat. Badut-badut mengibaratkan seorang tokoh politik atau wakil rakyat di negeri ini.
....
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
....

Puisi ini juga termasuk puisi protes sosial. Seperti halnya cerpen karya Shoim Anwar, terutama yang terkumpul dalam kumpulan cerpen “Kutunggu di Jarwal” dengan salah satu judul cerpen “Gembrit Foury” yang menceritakan tentang kekejaman politik yang berada di luar negeri tepatnya di daerah Havana, di tempat itu mahasiswa dan warga menjadi bringas karena keadaan politik yang tidak kondusif dan pertumpahan pun terjadi dimana-mana.
Kembali pada puisi Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta yang merupakan sebuah puisi untuk mengajak pembaca terlibat dalam kepedihan sosial pelacur kemudian bagaimana pembaca dapat merubah situasi ini sesuai kemampuannya. Puisi ini besetting potret sosial perkotaan yang demikian menghujat. Dengan temo sosial politik kehidupan pelacur dibalik kekuasaan para wakil rakyat yang dapat melakukan semua hal dengan semena-mena. Dengan kata lain mau menikmati yang buruk juga, namun enggan untuk berkata ataupun berbuat baik untuk yang buruk tersebut. Kebobrokan pada dunia pemerintahan yang diwakili oleh kota Jakarta inilah yang dibingkai apik dengan pilihan kata yang khas dan juga vulgar.
.....
Sambil ia buka kutangmu
.....

.....
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya

.....
Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan
Mengawini para bekas pelacur
Adalah omong kosong

....
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina
Dengan isteri saudaranya.

Demikianlah, bagaimana puisi Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta ini memiliki bahasa yang vulgar sehingga imaji pembaca tertuntun pada panorama sosial politik yang murka. Sikap penyair kepada pembaca menuntun untuk menyadarkan diri bahwa sisi buruk pelacur tidaklah pantas untuk menjadi bahan hujatan. Sedangkan sikap penyair pada persoalan yang diungkapkan adalah sosial politik yang menggelora. Perlunya pandangan lain terhadap pelacur dan pandngan lain terhadap tokoh-tokoh politik negeri ini adalah pesan yang tersirat di dalamnya.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar