“Engkau pelacur
negeriku, tempat hasrat wakil negeriku”
Siti Nurdiana 105200042
Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta
Pelacur-pelacur Kota
JakartaDari kelas tinggi dan kelas rendah
diganyang
Telah haru-biru
Mereka kecut
Keder
Terhina dan tersipu-sipu
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kau relakan dirimu dibikin korban
Wahai pelacur-pelacur kota Jakarta
Sekarang bangkitlah
Sanggul kembali rambutmu
Karena setelah menyesal
Datanglah kini giliranmu
Bukan untuk membela diri melulu
Tapi untuk lancarkan serangan
Karena
Sesalkan mana yang mesti kau sesalkan
Tapi jangan kau rela dibikin korban
Sarinah
Katakan kepada mereka
Bagaimana kau dipanggil ke kantor menteri
Bagaimana ia bicara panjang lebar kepadamu
Tentang perjuangan nusa bangsa
Dan tiba-tiba tanpa ujung pangkal
Ia sebut kau inspirasi revolusi
Sambil ia buka kutangmu
Dan kau Dasima
Kabarkan pada rakyat
Bagaimana para pemimpin revolusi
Secara bergiliran memelukmu
Bicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusi
Sambil celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya
Politisi dan pegawai tinggi
Adalah caluk yang rapi
Kongres-kongres dan konferensi
Tak pernah berjalan tanpa
kalianKalian tak pernah bisa bilang ‘tidak’
Lantaran kelaparan yang menakutkan
Kemiskinan yang mengekang
Dan telah lama sia-sia cari kerja
Ijazah sekolah tanpa guna
Para kepala jawatan
Akan membuka kesempatan
Kalau kau membuka kesempatan
Kalau kau membuka paha
Sedang diluar pemerintahan
Perusahaan-perusahaan macet
Lapangan kerja tak ada
Revolusi para pemimpin
Adalah revolusi dewa-dewa
Mereka berjuang untuk syurga
Dan tidak untuk bumi
Revolusi dewa-dewa
Tak pernah menghasilkan
Lebih banyak lapangan kerja
Bagi rakyatnya
Kalian adalah sebahagian kaum penganggur yang mereka ciptakan
Namun
Sesalkan mana yang kau kau sesalkan
Tapi jangan kau lewat putus asa
Dan kau rela dibikin korban
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Berhentilah tersipu-sipu
Ketika kubaca di koran
Bagaimana badut-badut mengganyang kalian
Menuduh kalian sumber bencana negara
Aku jadi murka
Kalian adalah temanku
Ini tak bisa dibiarkan
Astaga
Mulut-mulut badut
Mulut-mulut yang latah bahkan seks mereka politikkan
Saudari-saudariku
Membubarkan kalian
Tidak semudah membubarkan partai politik
Mereka harus beri kalian kerja
Mereka harus pulihkan darajat kalian
Mereka harus ikut memikul kesalahan
Saudari-saudariku. Bersatulah
Ambillah galah
Kibarkan kutang-kutangmu dihujungnya
Araklah keliling kota
Sebagai panji yang telah mereka nodai
Kinilah giliranmu menuntut
Katakanlah kepada mereka
Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan
Mengawini para bekas pelacur
Adalah omong kosong
Tanpa menganjurkan
Mengawini para bekas pelacur
Adalah omong kosong
Pelacur-pelacur kota Jakarta
Saudari-saudariku
Jangan melulur keder pada lelaki
Dengan mudah
Kalian bisa telanjangi kaum palsu
Naikkan tarifmu dua kali
Dan mereka akan klabakan
Mogoklah satu bulan
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina
Dengan isteri saudaranya.
Jangan melulur keder pada lelaki
Dengan mudah
Kalian bisa telanjangi kaum palsu
Naikkan tarifmu dua kali
Dan mereka akan klabakan
Mogoklah satu bulan
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina
Dengan isteri saudaranya.
Realita yang tidak menyenangkan di negeri ini,
tampak menginspirasi puisi yang berjudul Bersatulah
Pelacur-pelacur Kota Jakarta. Tema puisi ini adalah sosial politik. “Kota Jakarta” mewakili seluruh daerah di negeri ini.
Hampir seluruh pelacur di negeri ini dimanfaatkan oleh para wakil rakyat. Dalam
kenyataannya tak hanya pelacur yang menjadi bahan simpanan atau bahan
“selewengan”, namun juga para artis cantik negeri ini juga menjadi simpanan
atau bahan “selewengan”.
....
Dari kelas tinggi dan kelas rendah
diganyang
diganyang
....
Ungkapan-ungkapan pada puisi ini mempunyai imaji dan
makna yang menyengat. Badut-badut mengibaratkan seorang tokoh politik atau
wakil rakyat di negeri ini.
....
Bagaimana
badut-badut mengganyang kalian
....
Puisi ini juga termasuk puisi protes sosial. Seperti
halnya cerpen karya Shoim Anwar, terutama yang terkumpul dalam kumpulan cerpen
“Kutunggu di Jarwal” dengan salah
satu judul cerpen “Gembrit Foury”
yang menceritakan
tentang kekejaman politik yang berada di luar negeri tepatnya di daerah Havana,
di tempat itu mahasiswa dan warga menjadi bringas karena keadaan politik yang
tidak kondusif dan pertumpahan pun terjadi dimana-mana.
Kembali pada puisi Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta yang merupakan sebuah puisi untuk mengajak pembaca
terlibat dalam kepedihan sosial pelacur kemudian bagaimana pembaca dapat
merubah situasi ini sesuai kemampuannya. Puisi ini besetting potret sosial
perkotaan yang demikian menghujat. Dengan temo sosial politik kehidupan pelacur
dibalik kekuasaan para wakil rakyat yang dapat melakukan semua hal dengan
semena-mena. Dengan kata lain mau menikmati yang buruk juga, namun enggan untuk
berkata ataupun berbuat baik untuk yang buruk tersebut. Kebobrokan pada dunia pemerintahan
yang diwakili oleh kota Jakarta inilah yang dibingkai apik dengan pilihan kata
yang khas dan juga vulgar.
.....
Sambil
ia buka kutangmu
.....
.....
Sambil
celananya basah
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya
Dan tubuhnya lemas
Terkapai disampingmu
Ototnya keburu tak berdaya
.....
Menganjurkan mengganyang pelacuran
Tanpa menganjurkan
Mengawini para bekas pelacur
Adalah omong kosong
Tanpa menganjurkan
Mengawini para bekas pelacur
Adalah omong kosong
....
Dan mereka akan puyeng
Lalu mereka akan berzina
Dengan isteri saudaranya.
Lalu mereka akan berzina
Dengan isteri saudaranya.
Demikianlah, bagaimana puisi Bersatulah Pelacur-pelacur Kota Jakarta ini memiliki bahasa yang vulgar sehingga imaji pembaca
tertuntun pada panorama sosial politik yang murka. Sikap penyair kepada pembaca
menuntun untuk menyadarkan diri bahwa sisi buruk pelacur tidaklah pantas untuk
menjadi bahan hujatan. Sedangkan sikap penyair pada persoalan yang diungkapkan
adalah sosial politik yang menggelora. Perlunya pandangan lain terhadap pelacur
dan pandngan lain terhadap tokoh-tokoh politik negeri ini adalah pesan yang
tersirat di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar