1.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk sosial dalam hubungannya dengan manusia. Sebagai makhluk sosial,
manusia bagaimana pun juga tidak dapat terlepas dari manusia yang lain. Dalam
kehidupan semacam inilah terjadi interaksi dan komunikasi baik dengan alam
lingkungan, dengan sesamanya maupun dengan Tuhannya. Bahasa memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia. Bahasa merupakan wujud dari kehidupan manusia
tersebut. Bahasa diperoleh seorang manusia mulai sejak lahir, ketika dia
pertama kali menangis.
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa
adalah proses perkembangan bahasa yang berlangsung di dalam otak seseorang
kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Ada dua
proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa
pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi (Chaer, 2009: 167).
Bahasa pada anak-anak terkadang sukar diterjemahkan,
karena anak pada umumnya masih menggunakan struktur bahasa yang masih kacau dan
masih mengalami tahap transisi dalam berbicara, anak-anak juga cenderung masih
menguasai keterbatasan dalam kosakata dan dalam pelafalan fonemnya secara
tepat.. Untuk menjadi mitra tutur pada anak dan untuk dapat memahami maksud
dari pembicaraan anak, mitra tutur harus menguasai kondisi atau lingkungan
sekitarnya.
Pemerolehan bahasa ini dipengaruhi pula oleh
perkembangan kognitif anak. Kemampuan berbahasa seseorang diperoleh melalui
sebuah proses sehingga perlu ada pendekatan-pendekatan tertentu di dalamnya. Dalam
melakukan penelitian, peneliti menggunakan teori kognitif dengan menggunakna
model teori pemrosesan informasi. Penelitian pun diarahkan berdasarkan tujuan
pencapaian fonologis yang dalam proses pemerolehannya dilakukan secara
bertahap.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini diberi judul “Pemerolehan Fonologis pada
Alfahrezy Aprillyano sebuah Studi Kasus.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Pemerolehan
Fonologis pada Alfahrezy Aprillyano sebuah Studi Kasus?.”
2.
PEMBAHASAN
A.
Landasan Teori
Chaer (2009: 167) menyatakan bahwa
pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam
otak seseorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa
ibunya. Ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang
memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.
Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa yang berlangsung secara tidak
disadari. Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk terjadinya proses
performansi yang terdiri dari dua proses, yakni proses pemahaman dan proses
penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Kedua jenis proses
kompetensi ini apabila telah dikuasai kanak-kanak akan menjadi kemampuan
linguistik kanak-kanak itu.
Sedangkan menurut Gleason (dalam Nur
Mohamad, 2004: 11), Kemampuan verbal atau lisan berkembang amat dini, dan
menjelang usia 3 tahun, anak-anak sudah menjadi pengoceh yang terampil. Pada
masa akhir prasekolah, anak-anak dapat menggunakan dan memahami sejumlah besar
kalimat, dapat terlibat dalam pembicaraan yang berkelanjutan, dan mengetahui
tentang bahasa tulisan.
Teori kognitif menggunakan model pemrosesan informasi
yaitu menguraikan fungsi dari pencatat indra, memori jangka pendek, dan memori
jangka panjang, serta menjelaskan bagaimana tiap-tiap komponen model itu
menyumbang kepada pemrosesan informasi. maksudnya yaitu teori kognitif yang
menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari
otak (Nur M dkk, 2008: 109).
Beberapa
linguis generatif (Tarigan, 2009: 38) yakin bahwa suatu tata bahasa terdiri
atas tiga komponen utama yang masing-masing komponen melukiskan seperangkat
kaidah linguistik tertentu, yaitu komponen sintaksis, komponen semantik, dan
komponen fonologi. Komponen fonologi memetakan setiap tali sintaksis menjadi
gambaran ciri-ciri fonetik yang paling terperinci, yaitu menyajikan setiap
kalimat dengan ucapannya.
Dari deskripsi di atas dapat dinyatakan
bahwa pemerolehan bahasa anak merupakan suatu proses yang berlangsung
terus-menerus secara bertahap. Pemerolehan bahasa seseorang dapat dinilai atau
dilihat dari sistem komunikasi linguistiknya yang berada pada tataran
sintaksis, tataran semantik, dan tataran fonologi. Oleh karena itu, penelitian
tentang pemerolehan bahasa anak secara mendalam dengan memerhatikan salah satu
tataran tersebut terasa sangat penting dilakukan.
B. Hasil Penelitian
Pemerolehan Fonologi
Data fonologis
yang berhasil dihimpun pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Kata
|
Pengucapan (seharusnya)
|
Pengucapan (fakta)
|
Munir
Rafa
|
/Munir/
/Rafa/
|
/Munil/
/Lapah/
|
foto
|
/foto/
|
/poto/
|
Aku
Kaos kaki
|
/Aku/
/Kaos kaki/
|
/Atu/
/Taos kaki/
|
Sepedah
Satriya
|
/Sepedah/
/Satriya/
|
/Cepeda/
/Siyat/
|
Nggone (tempat)
|
/Nggone/
|
/Gone/
|
Wingi (kemarin)
|
/Wingi/
|
/Wini/
|
Igak (tidak)
|
/Igak/
|
/Dhak/
|
Uler (ulat)
|
/Uler/
|
/Uwel/
|
Glinuk (besar)
|
/Glinuk/
|
/Ginuk/
|
Berdasarkan data di
atas, terdapat bunyi laringal [h] yaitu penambahan fonem /h/ pada kata yang
berakhiran vokal /a/, yaitu dari pengucapan yang seharusnya /Rafa/ menjadi /Lapah/.
Terjadi pula perubahan fonem /r/ menjadi /l/ dan /f/ menjadi /p/ yaitu dari /Munir/
manjadi /Munil/, /foto/ menjadi /poto/. Selain itu juga ada perubahan fonem /l/
menjadi /w/ pada kata /uler/ menjadi uwel/.
Pengucapan unik juga
terjadi pada kata /Glinuk/ yang mana fonem /l/ hilang dan kata /wingi/ menjadi
/wini/ dimana fonem /g/ hilang. Terjadi pula pada kata /igak/ menjadi /dhak/
yang mana fonem /i/ hilang serta perubahan fonem /g/ menjadi /d/.
Pengucapan kata yang
seharusnya /aku/ menjadi /atu/ dimana fonem /k/ berubah menjadi /t/ namun pada
kata /kaos kaki/ hanya fonem /k/ yang berada di depan saja yang berubah,
sedangkan fonem /k/ di belakang sempurna sehingga pengucapannya menjadi /taos
kaki/. Selain itu, terjadi pula pengucapan kata yang unik yaitu terjadi pada
fonem /s/ dimana terdapat pengucapan fonem /s/ sempurna pada kat yang
seharusnya pengucapannya /Satriya/ menjadi /Siyat/ dan kata tersebut berubah
susunan hurufnya. Namun pada kata yang pengucapan seharusnya /sepeda/ menjadi /cepeda/.
Terjadi pula
penghilangan fonem yang tidak diberi tekanan yaitu fonem /ng/ dari pengucapan
yang seharusnya /nggone/ menjadi /gone/. Mungkin karena sudah menjadi kebiasaan
pada Ezy sejak kecil, karena saat usia Ezy lebih kecil dari sekarang sering
mengucapkan /Satriya/ dengan /Siyat/ dan /Rafa/ dengan /Lapah/. Hal tersebut
belum berubah sampai saat ini, meskipun Ezy sekarang sudah bisa mengubah
pengucapan fonem /r/. Ezy bisa saja mengucapkan /Satriya/ ataupun yang seharusnya
/Rafa/ menjadi /Rafa/.
Proses fonologis yang dialami oleh Ezy menunjukan adanya kesesuaian
dengan pemerolehan bahasa tipikal yang dialami oleh kanak-kanak lain seusianya
pada umumnya. Dari hasil analisis, Ezy banyak mengalami proses fonologis yang
mengakibatkan perubahan bunyi /r/ menjadi /l/. Bunyi /r/ dan /l/ sama-sama
berada pada titik artikulasi alveolum, dengan demikian perubahan ini wajar bagi
anak seusia Nadya.
3. PENUTUP
A. Simpulan
Pemerolehan bahasa pada tataran fonologi Ezy
selaku objek penelitian sudah cukup baik. Tidak terdapat penyimpangan yang
berarti dalam tuturan yang dihasilkan. Pemerolehan bahasa anak usia 3 tahun
berada pada tahap perkembangan kalimat. Perkembangan fonologi dapat dikatakan
telah berakhir. Mungkin masih ada kesukaran pengucapan beberapa konsonan namun
segera akan berhasil dilalui anak.
Saran
Peneliti menyadari penelitian ini sangat
terbatas, selain data yang sedikit penelitian ini pun belum didukung oleh teori–teori
dan analisis yang lebih mendalam. Penelitian lanjutan perlu dilakukan guna
mengetahui lebih dalam mengenai pemerolehan bahasa yang dialami oleh anak usia
3,2 tahun.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan
mengenai aspek lain yaitu, misalnya bidang morfologi, sintaksis, dan
leksikon. Selain itu, dapat juga meneliti pemerolehan bahasa anak dengan
usia berbeda serta pemerolehan bahasa kedua.
F. DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nur, Mohamad. 2008. Teori-teori Pembelajaran Kognitif.
Surabaya: Pusat SAINS dan Matematika Sekolah UNESA.
. 2004. Perkembangan
Selama Anak-anak dan Remaja. Surabaya: Pusat SAINS dan Matematika Sekolah
UNESA.
Tarigan,
Henry Guntur. 2009a. Pengajaran
Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Yulianto,
Bambang. 2011. Pengantar Teori Belajar
Bahasa. Surabaya: UNESA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar