Kamis, 19 Juni 2014

Puisi *Tengsoe Tjahjono*




SIAPA LELAKI DI ATAS KUDA ITU
Ini bumiku, angin di atas itulah nafas
telah kuhirup sejak kukenal semesta
Jangan mendekat, jangan ciptakan api
pada rimba, pada gunung, pada belantara biru

Ini tanahku, ladang pengembaraan permadani rumput
Embun membasahi telapak, sejukkan semilyar jejak
Jangan sentuh belukar daun dengan kemarau
laut mendidih karena bara derita

Ini rumahku, tempat istirahat dan menyusun langkah
Tempat kubermimpi membangun mahligai dan puri-puri
Jangan congkel daun jendela dengan linggis nafsu
merampok taman bunga dan ruang tamu ketika bertemu

Ini kebunku, tempat pepohonan lebat dan berbuah
tempat kutanam harapan akan hidup di masa datang
Jangan tebarkan bubuk hama pada penampang rumputan
alam membusuk dalam jantung

(Siapa lelaki di atas kuda itu, menerjang debu
Menembus kabut mesiu: Akulah Diponegoro
Tak sejengkal kan mundur, walau tubuh hancur
kan kubela bumi persada, walau raga lebur)



dirgantara, februari 2011





KELEBIHAN:
Puisi karya Tengsoe Tjahjono yang berjudul “siapa lelaki di atas kuda putih itu” merupakan potret seorang pahlawan Indonesia yang memiliki semangat berkobar-kobar untuk mempertahankan negara Indonesia. Dari puisi Tengsoe Tjahjono sesungguhna ada pesan penting yang menarik untuk dipahami, sekaligus sebagai bahan refleksi untuk siapapun dalam mengawal penerus bangsa (pemuda) agar bersemangat menjunjung tinggi negara Indonesia.
Bahasayang digunakanmudah dimengerti pembacanya. Terutama pembaca dengan usia sekolah seperti siswa sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.Baris demi baris dalam puisi tersebut menggunakan bahasa secara umum sehingga untuk memahaminya tidak harus mencari arti disetiap kata.
Pertanyaan puisi “siapa lelaki di atas kuda putih itu”adalah siapakah yang dimaksud dalam puisi tersebut yang menggambarkan seseorang yang penuh semangat berjuang mempertahankan negaranya. Akankah ada seorang pemuda sebagai penerus bangsa ini yang bersemangat sepertinya?.
Jawabannya terdapat pada bait terakhir puisi karya Tengsoe Tjahjono:

Akulah Diponegoro
Tak sejengkal kan mundur, walau tubuh hancur
kan kubela bumi persada, walau raga lebur







KEKURANGAN:
Puisi “siapa lelaki di atas kuda putih itu”tidak memiliki retorika bahasa yang menarik. Meskipun bahasa yang digunakan mudah dimengerti oleh para pelajar sekolah menengah namun bahasa itu tidak menyugesti pembacanya.
Sajak-sajak dalam puisi ini yang terkesan pertama kali adalah judulnya. Semua hal yang diungkapkan dalam puisi tersebut hanya berpatokan pada judul. Apabila kita masuk dalam sajak-sajak itu, yang akan kita temukan hanyalah semangat untuk tanah airnya. Tidak ada ungkapan rasa kepedihan ataupun keindahan. Dari pemilihan kata, suasana, simbolisme yang dibangunlah yang menunjukkan semangat untuk tanah airnya tersebut.
Ini bumiku, angin di atas itulah nafas
telah kuhirup sejak kukenal semesta
....................

Ini tanahku, ladang pengembaraan permadani rumput
Embun membasahi telapak, sejukkan semilyar jejak
............................

Ini rumahku, tempat istirahat dan menyusun langkah
Tempat kubermimpi membangun mahligai dan puri-puri
.........................

Ini kebunku, tempat pepohonan lebat dan berbuah
tempat kutanam harapan akan hidup di masa datang
...............


Tidak ada komentar:

Posting Komentar