Cinta Tak Harus Memiliki Dalam Kumpulan Cerpen “Surat
Terakhir”
Karya M.
Soim Anwar
Pada cerpen “Surat Terakhir” Karya M. Soim Anwar, banyak
mengkritik dalam segi sosial. Dalam cerpen tersebut menceritakan sepasang
kekasih yang memiliki hubungan percintaan yang terlarang. Tokoh aku dan Susmia
dalam cerpen”Surat Terakhir” adalah teman SMA. Susmia adalah sosok seorang
wanita yang diharapkan menjadi calon pendamping hidupnya oleh tokoh Aku. Mereka berdua sama-sama masih menaruh rasa
cinta tetapi cinta itu terhalang oleh sebuah keadaan dan status yang sudah
dimiliki oleh mereka berdua.
Ketika
tokoh aku menghadapi suatu permasalahan yaitu tokoh Aku harus memilih antara pendidikan
atau cinta. Menurut tokoh Aku pendidikan sangatlah penting. Dengan pendidikan
dapat mengubah nasibnya. Meskipun, dia orang serba kekurangan tetapi dia ingin
menjadi orang yang sukses dan bisa meraih cita-cita yang diharapkannya. Disisi
lain dia sangat mencintai kekasihnya, yaitu Susmia. Wanita pujaan yang selama
ini dia impikan. Dia ingin Susmia menjadi pasangan hidupnya. Karena rasa sayang
yang dimilikinya Susmia rela menantinya hingga sampai tokoh Aku meraih cita-citanya
tercapai. Tetapi suatu saat batas kesabaran Susmia untuk menungguh kekasihnya
mewujudkan suatu kebahagiaan yang diidamkannya telah sirna. Pada cuplikan
cerpen “Saya tidak sampai hati
memperlakukan dia untuk menanti tanpa batas waktu”. Cuplikan tersebut
membuktikan bahwa ada rasa putus asa pada diri Susmia. Karena Susmia merasa
bahwa apa yang ia tungguh tanpa ada balasan. Tokoh Aku hanya diam saja dan
hanya memikirkan nasibnya saja tanpa memikirkan pasangannya yang sudah
menungguhnya dengan setia. Seringkali tokoh Aku hanya bisa menyalahkan nasib
pada dirinya. Seharusnya tokoh Aku memperjuangkan
cintanya sampai titik darah penghabisan. Berjuang tanpa mengenal lelah. Selagi
dia masih mampu untuk berdiri tegak dan bisa menjalankan semua tugasnya. Jangan
sampai orang yang menyanyangi kita harus menungguh tanpa kepastian yang jelas.
Seharusnya tokoh aku harus memikirkan perasaan pasangannya tidak hanya
memikirkan dirinya sendiri.
Dengan
seiring waktu terus berjalan mereka berdua memutuskan untuk menjalani hidupnya
masing-masing padahal mereka berdua masih saling menyayangi. Pada cuplikan
cerpen”Saya tak ingin orang yang saya cintai
itu menderita karena penantian panjang. Sekali lagi, saya sangat mencintainya.
Sampai sekarang pun saya masih kirim kartu lebaran setiap tahun”. (2014: 142).
“Saat nikah dahulu Susmia benar-benar memenuhi harapanku. Dalam suratku yang
terakhir, aku berpesan apabila dia menikah hendaklah aku diberi tahu. Saat
pemberitahuan itu benar-benar datang, aku spontan lemas. Rasanya ada yang
hilang dalam diriku. Perempuan yang sebenarnya masih kucintai itu sebentar lagi
jadi milik orang lain. Aku remas-remas kepalaku sendiri. Aku pukul-pukul diriku
sendiri. Aku umpat-umpat diriku sendiri. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa”.
(2014: 144). Pada tokoh Aku merasa sangat menyesal dengan keputusan yang
diambilnya yaitu meninggalkan Susmia. Tokoh Aku berharap andai waktu bisa
diputarnya dia ingin selalu bersama Susmia sampai akhir hayatnya. Tetapi waktu
berkata lain sekarang Susmia menjadi milik orang. Rasa kecewa dan penyesalan
yang bisa dirasakan oleh tokoh Aku. Susmia juga masih memiliki rasa cinta
dengan tokoh Aku. Dari situlah ada unsur-unsur cinta yang terlarang. Susmia
sudah mempunyai suami dan 3 orang anak tetapi masih bermain mata dengan mantan
pacaranya, yaitu tokoh Aku. Tokoh Aku pun juga sudah memiliki seorang istri dan
2 orang anak. Meskipun terhalang oleh ruang dan waktu cinta mereka tetap saling
mencintai. Walaupun mereka berdua berusaha untuk melupakan masa lalu tetapi
semakin sulit untuk dilupakan. Semakin tokoh Aku melupakan semakin kuat nama
Susmia dalam pikirannya bahkan dalam tidurnya masih memanggil-manggil nama
Susmia. Karena Susmia adalah sosok seorang wanita yang sangat istimewah
dihatinya. Susmia adalah cinta pertamanya di waktu SMA dan namanya tetap
melekat dihatinya meskipun dia sudah punya istri. Nama Susmia tetap nomor satu
pada dirinya dan istrinya selalu di nomor duakan.
Selain
dilihat dari segi sosial cerpen”Surat Terakhir” karya M. Soim Anwar juga bisa
dikritik dari segi ekonominya. Pengarang memunculkan status atau kedudukan
sangat mempengaruhi suatu kehidupan. Tokoh Aku sangat ingin sekali memperoleh
pendidikan yang tinggi karena dia ingin merubah nasibnya menjadi orang yang
sukses walaupun tokoh Aku berasal dari golongan kelas menengah ke bawah.
Semangat yang tinggi dan kemauan itulah dapat mengubah hidupnya sendiri. Pada
cuplikan cerpen “Saya orang miskin. Beban
saya untuk menyelesaikan amat berat”. Membuktikan bahwa alasan ekonomi yang
membuatnya tidak bisa meneruskan pendidikannya. Tokoh Aku berfikir keras untuk
keluar dari permasalahan yang membelitnya. Keinginan untuk menyelesaikan
pendidikan yang tinggi sangat sulit karena tidak didukung oleh materi. Sehingga
menjadi beban pada pundaknya terasa berat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar