Kamis, 19 Juni 2014




Cinta Tak Harus Memiliki Dalam Kumpulan Cerpen “Surat Terakhir”
Karya M. Soim Anwar

Pada cerpen “Surat Terakhir” Karya M. Soim Anwar, banyak mengkritik dalam segi sosial. Dalam cerpen tersebut menceritakan sepasang kekasih yang memiliki hubungan percintaan yang terlarang. Tokoh aku dan Susmia dalam cerpen”Surat Terakhir” adalah teman SMA. Susmia adalah sosok seorang wanita yang diharapkan menjadi calon pendamping hidupnya oleh tokoh Aku.  Mereka berdua sama-sama masih menaruh rasa cinta tetapi cinta itu terhalang oleh sebuah keadaan dan status yang sudah dimiliki oleh mereka berdua.
Ketika tokoh aku menghadapi suatu permasalahan yaitu tokoh Aku harus memilih antara pendidikan atau cinta. Menurut tokoh Aku pendidikan sangatlah penting. Dengan pendidikan dapat mengubah nasibnya. Meskipun, dia orang serba kekurangan tetapi dia ingin menjadi orang yang sukses dan bisa meraih cita-cita yang diharapkannya. Disisi lain dia sangat mencintai kekasihnya, yaitu Susmia. Wanita pujaan yang selama ini dia impikan. Dia ingin Susmia menjadi pasangan hidupnya. Karena rasa sayang yang dimilikinya Susmia rela menantinya hingga sampai tokoh Aku meraih cita-citanya tercapai. Tetapi suatu saat batas kesabaran Susmia untuk menungguh kekasihnya mewujudkan suatu kebahagiaan yang diidamkannya telah sirna. Pada cuplikan cerpen “Saya tidak sampai hati memperlakukan dia untuk menanti tanpa batas waktu”. Cuplikan tersebut membuktikan bahwa ada rasa putus asa pada diri Susmia. Karena Susmia merasa bahwa apa yang ia tungguh tanpa ada balasan. Tokoh Aku hanya diam saja dan hanya memikirkan nasibnya saja tanpa memikirkan pasangannya yang sudah menungguhnya dengan setia. Seringkali tokoh Aku hanya bisa menyalahkan nasib pada dirinya. Seharusnya tokoh Aku  memperjuangkan cintanya sampai titik darah penghabisan. Berjuang tanpa mengenal lelah. Selagi dia masih mampu untuk berdiri tegak dan bisa menjalankan semua tugasnya. Jangan sampai orang yang menyanyangi kita harus menungguh tanpa kepastian yang jelas. Seharusnya tokoh aku harus memikirkan perasaan pasangannya tidak hanya memikirkan dirinya sendiri.
Dengan seiring waktu terus berjalan mereka berdua memutuskan untuk menjalani hidupnya masing-masing padahal mereka berdua masih saling menyayangi. Pada cuplikan cerpen”Saya tak ingin orang yang saya cintai itu menderita karena penantian panjang. Sekali lagi, saya sangat mencintainya. Sampai sekarang pun saya masih kirim kartu lebaran setiap tahun”. (2014: 142). “Saat nikah dahulu Susmia benar-benar memenuhi harapanku. Dalam suratku yang terakhir, aku berpesan apabila dia menikah hendaklah aku diberi tahu. Saat pemberitahuan itu benar-benar datang, aku spontan lemas. Rasanya ada yang hilang dalam diriku. Perempuan yang sebenarnya masih kucintai itu sebentar lagi jadi milik orang lain. Aku remas-remas kepalaku sendiri. Aku pukul-pukul diriku sendiri. Aku umpat-umpat diriku sendiri. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa”. (2014: 144). Pada tokoh Aku merasa sangat menyesal dengan keputusan yang diambilnya yaitu meninggalkan Susmia. Tokoh Aku berharap andai waktu bisa diputarnya dia ingin selalu bersama Susmia sampai akhir hayatnya. Tetapi waktu berkata lain sekarang Susmia menjadi milik orang. Rasa kecewa dan penyesalan yang bisa dirasakan oleh tokoh Aku. Susmia juga masih memiliki rasa cinta dengan tokoh Aku. Dari situlah ada unsur-unsur cinta yang terlarang. Susmia sudah mempunyai suami dan 3 orang anak tetapi masih bermain mata dengan mantan pacaranya, yaitu tokoh Aku. Tokoh Aku pun juga sudah memiliki seorang istri dan 2 orang anak. Meskipun terhalang oleh ruang dan waktu cinta mereka tetap saling mencintai. Walaupun mereka berdua berusaha untuk melupakan masa lalu tetapi semakin sulit untuk dilupakan. Semakin tokoh Aku melupakan semakin kuat nama Susmia dalam pikirannya bahkan dalam tidurnya masih memanggil-manggil nama Susmia. Karena Susmia adalah sosok seorang wanita yang sangat istimewah dihatinya. Susmia adalah cinta pertamanya di waktu SMA dan namanya tetap melekat dihatinya meskipun dia sudah punya istri. Nama Susmia tetap nomor satu pada dirinya dan istrinya selalu di nomor duakan.
Selain dilihat dari segi sosial cerpen”Surat Terakhir” karya M. Soim Anwar juga bisa dikritik dari segi ekonominya. Pengarang memunculkan status atau kedudukan sangat mempengaruhi suatu kehidupan. Tokoh Aku sangat ingin sekali memperoleh pendidikan yang tinggi karena dia ingin merubah nasibnya menjadi orang yang sukses walaupun tokoh Aku berasal dari golongan kelas menengah ke bawah. Semangat yang tinggi dan kemauan itulah dapat mengubah hidupnya sendiri. Pada cuplikan cerpen “Saya orang miskin. Beban saya untuk menyelesaikan amat berat”. Membuktikan bahwa alasan ekonomi yang membuatnya tidak bisa meneruskan pendidikannya. Tokoh Aku berfikir keras untuk keluar dari permasalahan yang membelitnya. Keinginan untuk menyelesaikan pendidikan yang tinggi sangat sulit karena tidak didukung oleh materi. Sehingga menjadi beban pada pundaknya terasa berat.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar